Senin, 16 November 2009

DKI Akan Miliki Lembaga 911


Kabar gembira bagi warga Jakarta. Pemprov DKI Jakarta akan memiliki lembaga 911, sebuah lembaga pertolongan pertama bagi pasien. Nantinya, masyarakat yang membutuhkan pertolongan medis, cukup menghubungi nomor 911 dan petugas pun akan langsung datang. Ini merupakan lembaga baru di Indonesia seperti 911 yang dimiliki Amerika Serikat atau 000 milik Australia.

Memang tak semudah membalikkan telapak tangan dalam membentuk lembaga yang memiliki tugas dan fungsi sangat berat ini. Apalagi ini baru pertama kali akan ada di Indonesia. Untuk mewujudkannya, Pemprov DKI akan memulai dengan menggelar pelatihan dan sertifikasi bagi SDM yang akan terlibat di dalamnya. Pelatihan tersebut pertama kali akan dipercontohkan melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan, tenaga kesehatan khusus pertolongan pertama memang belum terpenuhi, tapi itu akan dibentuk sesegera mungkin. Namun sebelumnya harus ada sertifikasi bagi mereka melalui berbagai pelatihan.SDM-nya bisa diambil dari tenaga medis maupun non medis, seperti tenaga UKS, puskesmas, maupun Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana.

"Alangkah baiknya tenaga medis di sekolah mempunyai sertifikasi. Begitu juga di unit Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana serta puskesmas, dibutuhkan tenaga profesional dalam pertolongan pertama agar rujukannya jelas," ungkapnya, Minggu (15/11).

Saat ini bentuk pelatihannya akan dikonsep dengan matang agar jika beroperasi hasilnya maksimal. "Paling tidak 1-2 tahun mendatang sudah ada pelatihan tersebut. Namanya first responder jadi mereka adalah perespon pertama dalam suatu kejadian yang tak terduga," ungkapnya.

Untuk mewujdukan wacana tersebut, pihaknya akan bekerja sama dengan Medic One yakni sebuah institusi pemegang lisensi langsung dari Australia untuk tenaga medis pertolongan pertama.

Manajer operasional Medic One, Savitri Wirahadikusumah, mengatakan, sebuah negara harus memiliki jaringan keselamatan darurat (emergency safety net) sehingga tidak ada kepanikan dalam usaha penyelamatan pertama. Tim penolong pertama ini tidak harus memiliki background medis, namun dapat dilatih menjadi first responder dan telah memiliki sertifikasi.

"Saya dan Pak Fauzi berharap apabila ada keadaan emergency di Jakarta, walau Jakarta belum memiliki nomer respon darurat, tapi paling tidak setiap orang mengerti first aid dan memiliki skill tersebut," tutur Vivi.

Saat ini, lanjutnya, sedang digodok konsep pelatihan yang tepat untuk Jakarta. Setidaknya, ia akan memulai pelatihan melalui tenaga kesehatan di sekolah. Sehingga jika ada siswa yang sakit cukup parah, paling tidak guru atau siswa senior dapat memberikan pertolongan pertamanya sebelum dibawa ke rumah sakit. Selama ini yang sering terjadi adalah, saat dibawa ke rumah sakit, kondisi pasien sudah dalam keadaan parah sehingga terkadang pihak rumah sakit tidak bisa melakukan treatment lebih jauh.

Selain UKS, tenaga medis puskesmas pun akan mendapatkan pelatihan. Sebab, puskesmas sebagai garis terdepan bidang kesehatan maka memerlukan tim yang siap untuk kondisi emergency. Demikian halnya petugas Dinas Pemadam Kebakaran. Sehingga mereka tidak hanya mampu memadamkan api tapi harus piawai dalam mengevakuasi para korbannya.

Pelatihan penolong pertama terdiri dari first aider dan first responder. First aider adalah pelatihan untuk pertolongan pertama, sedangkan first responder diperuntukan bagi tingkat lebih tinggi dan telah berseritifikasi Emergency Medical Responder (EMR).

Pelatihan ini bernama Emergency Medical Responder and First Aid Trainning. Usai pelatihan rencananya akan ada sebuah tes bagi pesertanya. Bagi yang lulus akan mendapatkan sertifikat resmi dari Australia Registry Emergency Medical Technician (AREMT). "Kami adalah private agency AREMT di Indonesia. Jadi peserta pelatihan akan mendapatkan sertifikat resmi dari Australia," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar