Siapa bilang mengurus lingkungan itu mudah...?, para pengurus RT/RW dituntut untuk memahami beragam karakter warga masyarakat. Tidak saja menghadapi beragam perlilaku warga yang menjadi tantangannya, mereka juga dituntut untuk hadir setiap saat dibutuhkan.
Para pengurus RT/RW adalah individu yang juga memiliki tugas dan
tantangan pribadi sebagai warga masyarakat. Dinamika kota besar seperti Jakarta
mengharuskan setiap individu untuk menghadapi ‘ketidakpastian’ dan kerasnya
kompetisi penghidupan, tidak peduli apakah Anda warga asli, pendatang, termasuk
pengurus RT/RW. Lantas bagaimana menyeimbangkan antara tuntutan pribadi dan
tugas.... ?
Basic social leadership
skills training
Faktanya, menjadi pengurus RT/RW adalah tugas ‘sukarela’ meskipun
mereka dipilih oleh warga. Mengapa demikian, karena tugas dan tanggungjawab
mereka besar dan tidak bisa dibandingkan dengan jumlah ‘imbalan’ yang mereka
terima. Apapun kondisinya saat ini, para pengurus RT/RW adalah orang-orang yang
sangat penting perannya dalam mengurus lingkungan, menjalankan sebagian tugas-tugas
pemerintahan.
Maka tantangan utamanya adalah, bagaimana kita memiliki pengurus
lingkungan yang peduli, pengurus lingkungan yang selalu memberi dorongan dan
inspirasi bagi warganya, mempermudah urusan dan keperluan warga dalam berjuang
memperbaiki penghidupan mereka, dst. Dan bukan sebaliknya, menjadi penghambat,
menjadi ‘momok’ bagi warga, atau lebih menyedihkan dari itu semua adalah, ada
atau tidak ada pengurus RT/RW warga tidak merasakan manfaatnya.
Kepemimpinan adalah konsep yang menjembatani, melampaui kendala teknis
dan tuntutan peran, yang memungkinkan seseorang mencapai kontribusi terbaiknya
bagi lingkungannya. Persoalan ‘imbal jasa’ yang kecil bukan penghalang bagi
seseorang yang ingin memberikan karya terbaiknya bagi lingkungan, upah hanyalah
salah satu faktor. Untuk itu kita perlu menggali lebih banyak tentang:
·
Apa saja yang mendorong seseorang
untuk mengabdi menjadi pengurus lingkungan ?
·
Apa saja yang mendorong pengurus
lingkungan untuk lebih berprestasi ?
·
Apa saja yang mempengaruhi perilaku
dan kualitas pelayanan yang mereka berikan?
·
Dukungan apa saja yang bisa
membuat mereka lebih berdaya dan bermanfaat ?
Program training ini didesain untuk membantu para pengurus RT/RW
memiliki pemahaman dan keterampilan untuk menyelaraskan antara ‘konsep diri’
dan ‘ekspektasi lingkungan’. Yaitu memiliki kecakapan untuk mengenali potensi
dan harapan individu bersamaan dengan kemampuan memahami tugas dan tuntutan
lingkungannya, serta mengambil inisiatif yang diperlukan.
Lebih khusus, program training ini ingin menyumbangkan solusi bagi pemerintah
dalam upayanya meningkatkan efektivitas pelayanan masyarakat dan tatakelola
pemerintahan di tingkat paling bawah, mulai dari lingkungan RT/RW.
Ide dasar
program training
Dalam social work perspectives kepemimpinan
adalah potensi yang tumbuh manakala seseorang berupaya sungguh-sungguh untuk
mencapai ‘keberfungsian sosialnya’ secara mandiri. Berfungsi secara sosial
adalah kondisi dimana seseorang menjadi ‘berguna’ dan tidak sebaliknya menjadi
‘beban’ bagi lingkungannya. Kebutuhan sosial adalah prasyarat tertinggi, yang
mana untuk mencapai needs yang lain
seseorang harus ‘terhubung’ dengan orang lain dan lingkungannya. Tidak ada
pencapaian yang bisa diraih tanpa campur tangan orang lain. Karena itulah social skills sangat penting, yaitu
bagaimana seseorang terhubung secara konstruktif dengan orang lain, menjadi
pemimpin bagi dirinya sekaligus menginspirasi lingkungannya untuk bergerak
maju.
Individu yang
berhasil memberi ‘manfaat’ terbesar bagi lingkungannya adalah mereka terus
menerus memberdayakan diri. Mereka adalah pribadi yang secara sadar mendorong
dirinya untuk mencapai best performance,
atau sering kita kategorikan sebagai ‘Tokoh Masyarakat’.
Pada puncak
keberfungsian sosialnya, seseorang akan ‘mewarnai’ lingkungannya secara
alamiah. Inilah konsep leadership
dalam training ‘Bangga Menjadi Pelayan Masyarakat’. Kepemimpinan yang tumbuh
dari kesadaran terhadap diri sendiri dan tanggung jawab kepada organisasi.
Kesadaran terhadap diri sendiri (self
awareness) sebagai makhluk sosial adalah pondasi yang kuat bagi seseorang
untuk dapat mengambil tanggungjawab yang lebih tinggi. Dengan kata lain,
potensi kepemimpinan karyawan akan tumbuh lebih subur bila mereka memiliki
pemahaman dan keterampilan untuk menyelaraskan antara tuntutan pribadi dan
tuntutan perusahaan.
Melalui pendekatan participhatory adult-learning setiap peserta akan difasilitasi untuk melakukan penggalian nilai-nilai dan potensi-potensi yang dimilikinya. Mendiskusikan secara terbuka untuk menemukan ‘kesalah-pahaman’ yang mungkin terjadi yang selama ini menghambat potensi kepemimpinan mereka untuk tumbuh. Dan melalui experience-based learning, semua peserta akan saling mendukung untuk menemukenali serta membangun nilai-nilai baru untuk diadaptasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar